Sunday, March 13, 2016

Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan

3:17:00 AM // by Rahmat //



BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
Peradaban Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah (abad ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum muslimin sampai masa Kekhilafahan Bani Utsmani di Istanbul (abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam berbagai bidang. Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan beberapa konflik antar penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan darah. Meskipun demikian, para penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor perhatian dari penguasa inilah yang membuat peradaban Islam menjadi berkembang dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang mendukung dan memotivasi kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu.
Peninggalan pemikiran hasil pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kaum muslim tertuang dalam bentuk buku, karya sastra maupun artefak. Jika kita mau merujuk kepada pemikiran dan penulisan, kita akan melihat bahwa peradaban islam telah mencapai tingkatan yang tidak bisa dijangkau oleh barat kecuali pada periode terakhir ini. Untuk mempelajari peradaban dan berbagai tren yang ada di masa tersebut, maka perlu disertai dengan membahas tentang situasi negara tersebut. Damaskus telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota tersebut dijadikan ibukota negara oleh Muawiyah, mempunyai karya nyata berupa: Masjid Agung Umayyah, dll. Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Kota Baghdad mengalami masa keemasan sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam. Begitu pula ketika khalifah dipegang oleh Al Ma'mun, seni literatur, teologi, filosofi, matematika, dan ilmu pengetahuan. Kemajuan peradaban diikuti oleh berbagai pusat negara seperti Sarai baru, Tabriz dan Cordova.
Makalah ini membahas perkembangan kejayaan peradaban Islam yang difokuskan pada beberapa kota yang menjadi pusat perkembangan Islam pada masa kejayaannya. Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Baghdad, Kairo, Cordova, Tabriz, Sarai Baru dan Delhi. Kejayaan yang dibahas adalah seputar apa saja bentuk-bentuk karya yang dihasilkan di kota tersebut dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan, tata kota dan arsitektur dan penemuan ilmu pengetahuan.

B.                 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.                  Bagaimana peradaban Islam pada masa kejayaan?

C.                Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peradaban Islam pada masa kejayaan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.                SEJARAH AWAL DAN MASA KEJAYAAN
Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra Jengis Khan, Changtai, merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Karena Babur adalah keturunan Raja Changtai. Dinasti Ilkhan (1256-1335 M) yang didirikan oleh cucu Jengis Khan, Raja ke-7, Ghazan, juga seorang Muslim dan pada masanya, Ilkhan mencapai kejayaan. Kemaharajan Mughal, (Mughal Baadshah atau sebutan lainnya Mogul ) adalah sebuah kerajaan yang pada masa jayanya memerintah Afghanistan, Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara 1526 dan 1858 M. Kerajaan ini didirikan oleh keturunan Mongol, Babur, pada 1526 . Kata mughal adalah versi Indo-Aryan dari Mongol . Dinasti Mughal berdiri tegak selama kurang lebih tiga abad (1526–1858 M) di India. Dalam kurun waktu tersebut, Islam telah memberi warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas memeluk agama Hindu. Hingga kini, gaung kebesaran Islam warisan Dinasti Mughal memang sudah tidak terdengar lagi. Tetapi, lahirnya Negara Islam Pakistan tidak terlepas dari perkembangan Islam pada masa dinasti tersebut.
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan hingga sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah yang dibangun pada masa Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi bisu kemajuan arsitektur Islam pada masa dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk “tujuh keajaiban dunia” ini memang sudah usang, lusuh, dan tidak terawat. Namun, kemegahan dan keindahannya menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban Islam di India pada waktu itu. Kehidupan seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Demikian halnya Dinasti Islam Mughal di India. Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini pun mengalami siklus: berdiri, berkembang, mencapai puncak, mengalami kemunduran, lalu hancur. Itulah siklus peradaban seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi.

B.                   KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA KEJAYAAN
Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (606-681 M) adalah pendiri Bani Umayyah (661-750 M) dan menjabat sebagai khalifah pertama (661-681 M) dari bani ini. Sejak pemerintahan Islam dipimpin oleh Mu’awiyyah, ibukota kekhilafahan dipindahkan dari Madinah Al-Munawwarah ke kota Damaskus di wilayah Suriah. Mu’awiyah lahir empat tahun menjelang Nabi Muhammad menjalankan dakwah di kota Mekah pada tahun 610 M.
Damaskus atau Damsyik  adalah ibukota Syiria (penduduk 408.774) yang terletak di bagian Syiria (Suriah) Selatan, di tepi Sungai Barada. Kota ini sudah terkenal sejak zaman kuno dan berturut-turut sempat dikuasai oleh bangsa Assyria dan bangsa Persia. Tahun 332 SM kota ini ditaklukkan Iskandar Dzulkarnain. Setelah Iskandar Dzulkarnain meninggal, kota ini diperebutkan oleh bangsa Armenia. Pada tahun 64 SM diserahkan kepada Bangsa Romawi, di bawah kekuasaan Pompejus dan menjadi salah satu kota Decapolis.
Di bawah pemerintahan  khalifah-khalifah Bani Umayyah, Damaskus tumbuh makmur dan terkenal dengan barang-barang logam halus (yang paling istimewa adalah pedang). Tahun 1260M, Damaskus jatuh ke tangan Mongol di bawah pemerintahan Hulagu Khan, dikuasai Timur Lang pada abad ke-14 dan pada tahun 1516-1918M berada dibawah pemerintahan Turki Utsmani. Pada tahun 1918 M kota ini direbut Inggris, kemudian dimasukkan dalam mandat Perancis pada tahun 1920-1941 M dan sekarang menjadi ibu kota Syria.


-            Bidang Pemerintahan
Sebelum tahun 1860 M kalangan bangsawan Damaskus pada umumnya adalah ulama ”keturunan ulama” besar abad ke-18 M yang menduduki beberapa jabatan seperti mufti dan khatib. Mereka mengelola kekayaan wakaf dan mendapat dukungan yang besar dari kalangan pedagang, pengrajin, jennisari, dan mereka mengelola beberapa wilayah perkotaan.
Pada masa Khulafa’ur Rasyidin, belum ada lambing negara yang ditetapkan secara resmi. Pada masa Umayyah, ditetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
Pada masa ini juga, dilakukan pendirian dana pos dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata, pencetakan mata uang, dan pemunculan profesi qodhi yang dilembagakan secara resmi pada masa Mu'awiyah bin abi Sufyan. Bahasa Arab dijadikan bahasa resmi pada masa Abdul Malik bin Marwan. Pada masa Umar bin Abdul Aziz pajak di peringan, kedudukan mawali, atau orang Islam bukan Arab, disamakan kedudukannya dengan orang Arab. Umar bin Abdul Aziz juga menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah, serta memberi kebebasan kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya.
-          Bidang Tatakota dan Arsitektur
Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691M, Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
Perkembangan wilayah yang sedemikian luasnya dan perkembangan kemakmuran yang sedemikian pesatnya berakibat pada munculnya bangunan-bangunan keagamaan dan kenegaraan. Pada mulanya menurut seni bangunan Girik dan Bizantium. Tetapi seni ukir dan seni hias lambat laun memperoleh corak seni yang pada masa belakangan dikenal dengan Arabesque, yakni seni Arab. Hal itu dapat disaksikan pada Jami-Al-Umawi di Damaskus yang dibangun oleh Khalif Walid I (705-715 M). Pembangunan panti untuk orang cacat, jalan raya, pabrik, masjid, dan gedung-gedung pemerintah dilakukan pada masa Al-Walid bin Abdul Malik.

2.      Baghdad
       Baghdad  ketika dibangun adalah termasuk salah satu keajaiban dunia yang tiada taranya di zaman dahulu. Sebelum dibangun oleh al-Mansur, khalifah Abbasiah yang terkenal, Baghdad adalah daerah yang sempit dan kecil. Di setiap penghujung tahun para pedagang dari daerah-daerah tetangga berkumpul di situ. Ketika al-Mansur bertekad bulat membangunnya, ia lalu mendatangkan insinyur-insinyur teknik, para arsitek dan pakar-pakar ilmu ukur. Kemudian ia melakukan sendiri peletakan batu pertama dalam pembangunan itu seraya berkata, "Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah dan seluruh bumi milik Allah. Yang diwariskan kepada orang-orang yang dikehendakiNya dari kalangan hamba-hambaNya, dan akibat yang baik diperuntukkan bagi orang-orang yang taqwa." Selanjutnya ia berkata lagi, bangunlah kota ini atas berkah Allah. Seluruh biaya yang dibelanjakan untuk membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja yang bekerja di situ mencapai 100.000 orang.
-            Bidang Pemerintahan
       Jika seseorang merasa kesempitan tempat tinggal, ia bisa mendapatkannya yang lebih lagi. Jika ia melihat sebuah tempat yang lebih disenangi daripada tempatnya semula maka ia tidak kesulitan untuk pindah ke sana dari sisi manapun yang dikehendakinya dan dari penjuru manapun yang meringankannya. Bilamana seseorang ingin menyelamatkan diri dari musuhnya maka pasti ia menjumpai orang yang akan melindunginya, jauh atau dekat. Jika ia kemudian mau mengganti sebuah rumah dengan rumah yang lain atau sebuah lorong yang lain atau sebuah jalan raya dengan jalan raya yang lain maka ia dapat dengan mudah melakukannya sesuai dengan keadaan dan waktu. Lebih dari itu, para pedagang yang sukses, sultan-sultan yang agung dan para penghuni terhormat di rumah-rumah selalu menebarkan kebaikan dan kemanfaatkan kepada orang-orang yang kondisinya di bawah mereka.
ini dikalungi rantai dan besi, dan masing-masing ditangani oleh pawang-pawangnya. Maka tidak aneh apabila utusan raja Romawi itu selalu dicekam rasa takjub dan tercengang ketika menyaksikan keagungan Darul Khilafah karena memang di dunia pada saat itu tidak ada sebuah istana pun yang menyamai istana yang dilihatnya itu. 
-            Bidang Ilmu Pengetahuan
       Penduduk Baghdad dan kebanyakkan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Abu Bakar al Khatib dalam menggambarkan Baghdad mengatakan: “...sampai kita lalai menyebutkan banyak hal dari kebaikan-kebaikan yang dikhususkan Allah bagi Baghdad di hadapan seluruh dunia, Timur dan Barat. Di antara kebaikan-kebaikan tersebut ialah akhlak-akhlak mulia, perangi-perangi menyenangkan, air-air tawar yang melimpah, buah-buah yang banyak dan segar, keadaan-keadaan yang indah, kecakapan dalam setiap pekerjaan dan penghimpunan bagi setiap kebutuhan, keamanan dari munculnya bid`ah, kegembiraan terhadap banyak ulama dan penuntut ilmu, ahli fiqh dan orang yang belajar fiqh, tokoh-tokoh ilmu kalam, pakar-pakar ilmu hitung dan ilmu nahwu, penyair-penyair piawai, perawi-perawi khabar, nasab dan seni sastra, berkumpulnya buah-buahan berbagai musim di satu musim yang hal itu tak pernah ada di negeri manapun di dunia ini kecuali di Baghdad (terutama pada musim gugur).
       Pada masa al-Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual mencapai puncaknya. Ia  mendirikan  Bait al-Hikmah yang menjadi pusat kegiatanilmiah terutama ilmu pengetahuan nenek moyang eropa(yunani).pada masa itu banyak karya-karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Selanjutnya model inidi kembangkan di dar el-Hikmah, Kairo, kemudian  diterima kembali barat melalui Cordova (Qasar al-Zahra), dan kota-kota lain di Andalusia.

3.      Kairo
        Kairo yang terletak di delta Sungai Nil telah didiami manusia Mesir Kuno sejak tahun 3500 SM. Mesir Kuno sempat mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu, Khafre, Menaure, Unas dan lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah satu kota yang berpengaruh di dunia. Sejak 30 SM, Mesir dikuasai bangsa Romawi. Kekuasaan Romawi di Mesir akhirnya tumbang ketika Islam menjejakkan pengaruhnya pada tahun 641 M. Adalah pasukan di bawah komando jenderal perang Muslim, Amar bin Al-Ash yang pertama kali menancapkan pengaruh Islam di Mesir. Saat itu, Amar bin Al-Ash justru menjadikan Fustat - kini bagian kota Kairo - sebagai pusat pemerintahannya.
       Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Dinasti itu menorehkan kegemilangan selama 200 tahun. Di masa itu, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz. Kairo tumbuh dan berkembang sebagai pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudera Hindia. Kairo pun menggabungkan Fustat sebagai bagian dari wilayah administratifnya. Tak heran, jika Kairo tumbuh semakin pesat sebagai salah satu metropolis modern yang diperhitungkan dan berpengaruh.
-                 Bidang Pemerintahan
         Berdirinya Kairo sebagai ibukota dan pusat pemerintahan diawali gerakan penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Kongsi yang dibangun golongan Syiah dengan Bani Abbas untuk menjatuhkan Bani Umayyah akhirnya pecah. Penguasa Abbasiyah mencoba meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan, Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi khalifah bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu'minin (909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah Al-Mahdi, Muizz Lidinillah mulai mengalihkan perhatiannya ke Mesir.Ia menunjuk Panglima Jauhar Al-Katib As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M, Mesir berada dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru yang diberi nama Al-Qahirah atau Kairo yang berarti 'penaklukan' atau 'kejayaan'. Pada 972 M, di Kairo telah berdiri Masjid Al-Azhar.
Fatimiyah mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi negara. Karena, pada saat itu, dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan keturunan dalam merekrut pegawai. Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni yang profesional pun diangkat kedudukannya laiknya Syiah. Toleransi antarumat beragama pun begitu tinggi. Siapapun yang mampu bisa duduk di pemerintahan.
     Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang untuk eropa dan dunia timur. Kota seribu menara. Itulah julukan yang disandang Kairo - salah satu kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Pada abad pertengahan, ibukota Mesir yang berada di benua Afrika itu memainkan peranan yang hampir sama pentingnya dengan Baghdad di Persia serta Cordova di Eropa.
Diakhir masa kejayaan Fatimiyah, Kairo hampir saja jatuh ke dalam kekuasaan tentara Perang Salib pada 1167 M. Untunglah panglima perang Salahudin Al-Ayubi berhasil menghalaunya. Sejak itu, Salahudin kemudian mendeklarasikan kekuasaannya di bawah bendera Dinasti Ayubiyah - penganut Sunni. Dinasti itu hanya mampu bertahan selama 75 tahun.
Kairo kemudian diambil alih Dinasti Mamluk. Sekitar tiga abad lamanya Mamluk menjadikan Kairo sebagai pusat pemerintahannya. Ketika Baghdad dihancurkan bangsa Mongol pada 1258 M, pasukan Hulagu Khan tak mampu menembus benteng pertahanan Kairo. Selama periode itu, Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang untuk Eropa dan dunia Timur.
Kairo juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki berakhir pada 1517 M, kota itu sempat tenggelam. Kairo kembali menggeliat ketika pada awal abad modern, Muhammad Ali memimpin Mesir. Kota itu pun menjelma sebagai pusat pembaruan Islam zaman modern. Demikianlah perjalanan panjang kota Kairo.
-            Bidang Tatakota dan Arsitektur
       Fustat sebagai pusat pemerintahan, didirikan bangunan masjid pertama kali berdiri di daratan Afrika. Fustat tercatat mengalami pasang-surut sebagai sebuah kota utama di Mesir selama 500 tahun. Penjelajah dari Persia, Nasir-i-Khusron mencatat kemajuan yang dicapai Fustat. Ia melihat betapa eksotik dan indahnya barang-barang di pasar Fustat, seperti tembikar warna-warni, kristal dan begitu melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di musim dingin.
Dari tahun 975 sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi keramik dan karya seni Islami - sekaligus salah satu kota terkaya di dunia. Ketika Dinasti Umayyah digulingkan Dinasti Abbasiyah pada 750 M, pusat pemerintahan Islam di Mesir dipindahkan ke Al-Askar - basis pendukung Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota pemerintahan hingga tahun 868 M. Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar tak dikuasai tentara Perang Salib.



BAB III
PERKEMBANGAN ISLAM DAN KEJAYAAN PADA
MASA DINASTI ABBASIYYAH

A.            Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbas
Daulah Abbasiyyah didirikan pada tahun 132 / 750 M. Dinamakan Kekalifahan Abbasiyyah, karena para pendiri penguasa dinasti ini merupakan keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.
Luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, bergerak kewilayah Timur Asia Tengah, dari perbatasan India hingga ke Cina. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158-169 H / 775 – 785 M). Selain itu juga meliputi wilayah antara lain : Hijaz, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Kwait, Iran (Persia) Yordaniya, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazir, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah mampu mengembangkan dan memajukan, peradaban islam, hal ini disebabkan sikap dan kebijaksanaan para penguasanya dalam mengatasi persoalan, termasuk dalam sikap politik. Dinasti ini bersifat demokratis.
B.           Kejayaan Peradaban Islam Pada Massa Bani Abbas
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai bidang, khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa Dinasti ini, dapat di bagi menjadi beberapa bentuk, seperti :
1.             Kota – Kota Pusat Peradaban
Baghdad dan samara. Bagda merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah didirikan oleh Abu Ja’far Al-Mansur (754 – 775 M). Kota ini terletak ditepian sungai Tigris, kota berbentuk bundar dikelilingi tembok yang besar dan tinggi, kota inilah para ahli ilmu pengetahuan datang beramai – ramai untuk mencari ilmu.
Samarra terletak di timur sungai Tigris yang berjarak ± 60 km dari kota Bagdad, kota ini sejuk dan nyaman
2.             Bangunan Tempat Pendidikan Dan Tempat Pribadatan
Bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah ini terdapat di kota : Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basra, Tabristan, Hara Dan Musol.
Terdapat juga kuttub, sebagi lembaga pendidikan dasar dan menengah majlis madrasah, sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan.
Selain itu ada juga tempat peribadatan seperti masjid – masjid yang terkenal adalah Masjid Cordova, Masjid Ibn Touloun, Mesjid Al-Azhar.
BAB IV
PENUTUP


A.            Kesimpulan
Dari uraian – uraian yang telah penulis susun maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perkembangan peradaban memiliki wilayah kekuasaan islam semakin luas. Dinasti ini mampu mengembangkan islam dan meraih puncak kejayaan peradaban islam, menganut sikap politik yang demokratis.
B.           Saran
Setelah penulis mengadakan pengkhajian terhadap kebudayaan sejarah perkembangan  peradaban Islam pada masa kejayaan, sehingga penulis mendapatkan sedikit pengetahuan, wawasan, pengalaman.
Dan agar mengetahui peran kita dalam kehidupan, agar kita  lebih kritis dalam mengkaji ilmu pengetahuan, sehingga dapat menginterprestasikan dalam kehidupan